Kemarin, saya mendengar sebuah lagu dari Bob Dylan yang berjudul "The Times They Are a Changing."
.
Lagu yang sendu dan menyiratkan betapa perubahan itu terjadi.
Jaman berubah?? Yeah sangat.
Perubahan itu pun juga dirasakan dalam dunia pendakian.
Bagi saya pribadi, pendakian memiliki 2 jaman, lama dan baru. Jaman kini tengah berganti, dari jaman lama menuju ke jaman baru. Jaman baru pun belum sepenuhnya utuh, karena masih mencari bentuk terbaik. Masih sangat bisa berubah.
.
Tak heran, banyak perubahan aneh, mahal bahkan murahan.
.
Namun 1 hal, dunia pendakian di Indonesia sudah berubah. Dan dalam beberapa tahun ke depan akan semakin berkembang dan lebih banyak lagi yang mencoba mengenal hobi ini.
.
Yah apapun, saya beruntung, bisa mengecap kedua jaman itu.
.
Well dalam 1-2 bulan ini, banyak hal menarik yang terjadi dalam dunia pendakian.
.
Harga Tiket meng-Gunung.
Erupsi beberapa Gunung.
Kecelakaan di gunung.
Mati di gunung.
Sampah meng-gunung.
Taik meng-gunung.
Ego meng-gunung.
.
Musibah kian sering saja terjadi? Beberapa memang tidak bisa dihindari. Sudah kehendak Alam dan dari-Nya. Namun beberapa cerita, Kehendak-Nya atau memang manusia yang kurang bisa menggunakan akal sehat yang diberi olehnya?
.
Komersialisasi kian mewabah. Terang benderang.
.
Hobi minoritas berubah jadi mayoritas.
.
Semua berlomba mencari bentuk terbaik dalam segi foto, sekedar dikoleksi atau buat pasang aksi di media sosial. Dengan harapan di repost oleh akun-akun bertema petualangan.
.
Ya, arah waktu memang tengah berubah.
.
Salahkah waktu? Tidak? Pertanyaan paling tepat, sudah dewasakah kita menanggapi perubahan yang terjadi?
.
Sejauh ini. Belum.
.
Salah 1 permasalahan yang terjadi di gunung sebenarnya bermula dari kebiasaan kita sehari-hari.
.
Gunung bukan tempat sampah? itu benar. Namun apa kamu sudah menerapkan itu dalam keseharianmu? tidak membuang sampah sembarangan?
.
Ada orang bijak yang bilang, "terkadang waktu adalah penasihat terbaik. Ia akan menyadarkanmu pada saatnya."
.
Yuph, mungkin saat ini, para pemeran dunia alam bebas di Indonesia belum terlalu banyak yang sadar, bahwa alam tempat mereka berpijaklah yang paling utama. Bukan pendaki, bukan pengurus, apalagi demi sebuah komersialisasi.
.
Salam lestari.
.
Lagu yang sendu dan menyiratkan betapa perubahan itu terjadi.
Jaman berubah?? Yeah sangat.
Perubahan itu pun juga dirasakan dalam dunia pendakian.
Bagi saya pribadi, pendakian memiliki 2 jaman, lama dan baru. Jaman kini tengah berganti, dari jaman lama menuju ke jaman baru. Jaman baru pun belum sepenuhnya utuh, karena masih mencari bentuk terbaik. Masih sangat bisa berubah.
.
Tak heran, banyak perubahan aneh, mahal bahkan murahan.
.
Namun 1 hal, dunia pendakian di Indonesia sudah berubah. Dan dalam beberapa tahun ke depan akan semakin berkembang dan lebih banyak lagi yang mencoba mengenal hobi ini.
.
Yah apapun, saya beruntung, bisa mengecap kedua jaman itu.
.
Well dalam 1-2 bulan ini, banyak hal menarik yang terjadi dalam dunia pendakian.
.
Harga Tiket meng-Gunung.
Erupsi beberapa Gunung.
Kecelakaan di gunung.
Mati di gunung.
Sampah meng-gunung.
Taik meng-gunung.
Ego meng-gunung.
.
Musibah kian sering saja terjadi? Beberapa memang tidak bisa dihindari. Sudah kehendak Alam dan dari-Nya. Namun beberapa cerita, Kehendak-Nya atau memang manusia yang kurang bisa menggunakan akal sehat yang diberi olehnya?
.
Komersialisasi kian mewabah. Terang benderang.
.
Hobi minoritas berubah jadi mayoritas.
.
Semua berlomba mencari bentuk terbaik dalam segi foto, sekedar dikoleksi atau buat pasang aksi di media sosial. Dengan harapan di repost oleh akun-akun bertema petualangan.
.
Ya, arah waktu memang tengah berubah.
.
Salahkah waktu? Tidak? Pertanyaan paling tepat, sudah dewasakah kita menanggapi perubahan yang terjadi?
.
Sejauh ini. Belum.
.
Salah 1 permasalahan yang terjadi di gunung sebenarnya bermula dari kebiasaan kita sehari-hari.
.
Gunung bukan tempat sampah? itu benar. Namun apa kamu sudah menerapkan itu dalam keseharianmu? tidak membuang sampah sembarangan?
.
Ada orang bijak yang bilang, "terkadang waktu adalah penasihat terbaik. Ia akan menyadarkanmu pada saatnya."
.
Yuph, mungkin saat ini, para pemeran dunia alam bebas di Indonesia belum terlalu banyak yang sadar, bahwa alam tempat mereka berpijaklah yang paling utama. Bukan pendaki, bukan pengurus, apalagi demi sebuah komersialisasi.
.
Salam lestari.
sumber from : @urbanhikers

Tidak ada komentar:
Posting Komentar